Om Suastiastu,
Dua orang karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dari dua
perusahaan yang berbeda. Keduanya diberhentikan dari kerjanya karena
melakukan kesalahan yang sangat fatal bagi perusahaannya masing-masing.
Yang satu, sebutlah namanya Made Teruna adalah Manajer Pembelian sebuah
hypermarket terkenal di Jakarta. Dia memegang peranan sangat penting
karena dari dirinyalah berasal keputusan-keputusan penting tentang
pembelian sebuah produk untuk kemudian dipajang di hypermarket tersebut.
Sementara itu, Nyoman Teruni adalah Manajer Pemasaran pada sebuah
perusahaan distributor alat kesehatan. Tugasnya adalah mengatur strategi
pemasaran, sekaligus mendapatkan pelanggan produk yang dijual
perusahaannya.
Suatu hari Made Teruna berjumpa dengan kawan lamanya. Rupanya kawan
lamanya ini sekarang adalah seorang pemasok buah dan sayur, tetapi
bisnisnya ini baru dijalani sekitar enam bulan. Karena tahu Made Teruna
adalah orang penting di bagian pembelian, maka dia berusaha mempengaruhi
Made Teruna agar mau membeli buah dan sayur dari dirinya. Awalnya Made
Teruna berusah mengelak karena selama ini dia sangat selektif dalam
memilih pemasok, apalagi pemasok buah dan sayur. Pemasok yang terpilih
biasanya adalah pemasok yang telah mempunyai pengalaman lebih dari dua
tahun dengan rekam jejak yang sangat baik. Karena kawannya ini terus
mendesak, akhirnya dia memutuskan berpindah pemasok. Kawannya ini
menjadi pemasok tunggal untuk memasok buah dan sayuran ke hypermarket
tersebut, sedangkan pemasok-pemasok lama ditinggalnya begitu saja.
Seiring berjalannya waktu, permasalahan mulai bermunculan. Pasokan
sayuran sering terlambat, demikian juga dengan buah-buahan. Di samping
sering terlambat, kualitas buah dan sayur juga lama-lama semakin
menurun. Pelanggan yang biasanya sangat senang dan antusias berbelanja,
lama-kelamaan mulai kesal karena menjumpai kualitas buah dan sayur yang
kurang baik, serta sering sudah kehabisan persediaan. Akhirnya, banyak
pelanggan yang beralih ke hypermarket lain yang menawarkan buah dan
sayur yang lebih segar dan mutunya bagus.
Pimpinan hypermarket tersebut akhirnya bertindak, melakukan
investigasi, dan menemukan bahwa pemasok baru yang kinerjanya buruk
tersebut adalah kawan dari Made Teruna. Sang pimpinan sangat geram dan
secara sepihak memecat Made Teruna. Walaupun secara berulang-ulang Made
Teruna telah meminta maaf, tetapi keputusannya untuk mem-PHK sudah final
dan tidak bisa diganggu gugat.
Kejadian yang hampir sama menimpa Nyoman Teruni. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai Manajer Pemasaran, Nyoman Teruni berkenalan dengan
seorang pengusaha muda yang masih mempunyai hubungan famili dengannya.
Pengusaha muda ini kebetulan masih lajang dan berwajah ganteng,
sementara Nyoman Teruni, walaupun usianya hampir menginjak kepala tiga,
tetapi juga belum mendapatkan jodoh. Melihat penampilannya, rupanya
Nyoman Teruni mulai jatuh cinta pada pengusaha muda tersebut. Rupanya
cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Mereka akhirnya berpacaran.
Beberapa lama kemudian pengusaha muda itu ingin menjadi agen alat
kesehatan. Dia merayu pacarnya agar perusahaannya bisa menjadi agen alat
kesehatan dan bisa membeli secara kredit. Sebagai pacar, tanpa pikir
panjang, Nyoman Teruni setuju menjual alat kesehatan dalam jumlah banyak
kepada perusahaan pacarnya itu, dengan jangka waktu pembayaran yang
cukup longgar.
Entah kenapa, pengusaha muda itu mulai berpikir tidak baik.
Kepercayaan pacarnya disia-siakan. Utang yang jumlahnya besar tersebut
tidak dibayarnya ketika jatuh tempo. Nyoman Teruni sudah berusaha sekuat
tenaga untuk menagih, tetapi tetap saja tidak dilunasi, malahan
pacarnya kabur ke kota lain tanpa pamit. Akibat piutang ini tidak
tertagih,
cash flow perusahaan menjadi sangat terganggu, dan
nyaris kolaps. Pimpinan perusahaan turun tangan mengadakan penyelidikan.
Akhirnya, diketahui bahwa pengusaha muda yang kabur dengan utang besar
itu adalah pacar Nyoman Teruni. Walaupun Nyoman Teruni sudah memohon
maaf, tetapi surat pemecatan tetap keluar.
Umat Hindu yang berbahagia,
Kejadian yang dialami oleh Made Teruna dan Nyoman Teruni adalah sama,
yakni sama-sama dipecat dari tempat kerjanya. Yang berbeda adalah
bagaimana keduanya menyikapi kejadian yang sama tersebut.
Made Teruna di-PHK gara-gara perbuatan kawan lamanya. Dia menyalahkan
dan sangat membenci kawannya tersebut. Dia juga membenci bossnya yang
telah berlaku tidak adil terhadap dirinya. Sedikit pun sang boss tidak
memberikan kesempatan pada dirinya untuk membela diri. Rasa benci juga
dia arahkan kepada dirinya sendiri. Dia menyalahkan dirinya sendiri.
Mengapa dia dulu begitu percaya pada kawan lamanya itu.
Rasa bersalah pada diri sendiri, rasa benci pada kawannya, dan
perasaan benci kepada mantan bossnya terus dipendamnya, serta dibawanya
ke mana-mana. Setelah dipecat dari hypermarket tersebut, tidak berselang
berapa lama, Made Teruna diterima bekerja disebuah perusahaan jasa
keuangan. Akibat dari beban rasa bersalah dan beban kebencian,
kinerjanya di perusahaan baru tidak begitu bagus. Dia pun sering
mendapat omelan dari atasannya. Dalam keseharian pun Made Teruna sering
murung, kurang ceria, dan menjadi pendiam.
Lain halnya dengan Nyoman Teruni. Walaupun dia dipecat, sama sekali
dia tidak membenci mantan bossnya itu. Dia mengakui kesalahannya dan
sudah bisa memaafkan kesalahan dirinya. Dia segera memutuskan pacarnya,
walaupun hanya lewat sms. Sedikitpun dia tidak menaruh perasaan benci
kepada mantan pacarnya. Dia sudah bisa memaafkan mantan pacarnya itu.
Kejadian yang telah menimpa dirinya sama sekali tidak menjadi beban.
Dengan entengnya dia kembali mendapatkan pekerjaan, bahkan dengan posisi
yang sama, yakni sebagai manajer. Kinerjanya terus meningkat, sama
sekali tidak tercermin bahwa sebelumnya telah terjadi peristiwa tragis.
Umat Hindu yang Bebahagia,
Apa hubungan kisah di atas dengan pelaksanaan Siwaratri?
Melalui perayaan Hari Siwaratri umat Hindu diajarkan dan dilatih
untuk membebaskan diri dari dosa. Apa itu dosa? Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia terdapat dua pengertian dosa, yakni (i) perbuatan yang
melanggar hukum Tuhan atau agama; dan (ii) perbuatan salah. Berdasarkan
kedua pengertian tersebut, saya mengartikan dosa sebagai kesalahan atau
rasa bersalah.
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak luput dari kesalahan, baik
kesalahan yang diperbuat orang lain kepada kita, maupun kesalahan yang
kita perbuat sendiri. Kesalahan yang diperbuat orang lain sering kali
membuat diri kita menjadi sakit hati dan menyebabkan kita membenci orang
itu. Rasa benci itu akan terus membebani kita. Cara terbaik untuk
membebaskan diri dari kebencian kepada orang lain akibat kesalahan yang
dilakukannya adalah dengan memaafkan. Dengan memaafkan berarti kita
membebaskan diri kita dari beban kebencian. Dengan memaafkan kita
melepaskan kesalahan orang dari hati kita. Sepanjang kita belum
memaafkan, maka orang itu akan menempati relung hati kita dengan gratis.
Setelah berhasil memaafkan, maka hati menjadi plong, tanpa beban.
Kalau dikaitkan dengan kisah di atas, maka tindakan Nyoman Teruni
yang sudah berhasil memaafkan kesalahan mantan pacarnya adalah tindakan
untuk membebaskan dirinya dari beban kebencian. Walaupun sempat kesal
atas perbuatan mantan pacarnya, karena dia sudah memaafkan, maka dengan
sendirinya dia sudah melepaskan kesalahan mantan pacarnya itu. Perbuatan
mantan pacarnya itu tidak lagi menjadi beban yang menggelayuti
perjalanan hidupnya ke depan.
Akibat yang berlawanan diperoleh Made Teruna. Dia tidak bisa
membebaskan diri dari rasa benci kepada kawannya ataupun kepada mantan
bossnya. Rasa benci itu dia pendam terus, sehingga malahan menjadi beban
yang terus dipikulnya ke mana-mana. Sama sekali dia tidak berusaha
memaafkan, bahkan terus membencinya. Hal ini justeru berdampak negatif
pada dirinya.
Bagaimana kalau kita yang berbuat salah kepada orang lain. Apakah
cukup dengan meminta maaf kepada orang yang bersangkutan? Ternyata
tidak. Meminta maaf saja tidak cukup. Walaupun orang lain sudah
memaafkan kesalahan kita, sepanjang kita sendiri belum memaafkan diri
kita, maka rasa bersalah itu akan tetap bercokol di hati dan
menggelayuti perjalanan kita dalam menapaki masa depan. Perjalanan kita
ke depan akan terseok-seok oleh beban rasa bersalah itu. Untuk
membebaskannya, maka kita perlu memaafkan diri sendiri.
Untuk bisa memaafkan diri sendiri diperlukan proses. Pertama-tama
kita perlu mengakui bahwa kesalahan itu sudah terjadi dan telah menjadi
masa lalu kita. Sesuatu yang telah terjadi tidak bisa kita perbaiki.
Kita tidak bisa mengubah masa lalu kita. Yang dapat kita ubah adalah
masa depan kita. Jadikan kesalahan yang sudah terjadi sebagai pelajaran
berharga agar di masa yang akan datang kesalahan tersebut tidak terulang
lagi. Sepanjang kita belum bisa mengakui dan menerima terjadinya
kesalahan tersebut, maka sangat sulit bagi kita untuk melepaskannya.
Setelah kita mengakui dan bisa menerima terjadinya kesalahan tersebut,
proses berikutnya adalah memaafkan.
Memaafkan diri sendiri memang agak sulit, tetapi bukan berarti tidak
bisa. Untuk mempercepat proses memaafkan diri sendiri dapat dibantu
dengan dua hal. Pertama, dengan meminta maaf kepada orang yang
bersangkutan. Dikabulkannya permintaan maaf kita dapat mempercepat
proses memaafkan diri sendiri. Tetapi hal itu tidak bersifat mutlak.
Kalau pun orang tersebut sudah memaafkan, tetapi kita sendiri belum
memaafkan, maka rasa bersalah tersebut masih tetap bercokol dalam hati
kita. Demikian juga sebaliknya. Walaupun orang tersebut tidak mau
memaafkan, tetapi kita sendiri sudah mau memaafkan diri sendiri, maka
kita sudah bisa melepaskan rasa bersalah itu dari hati kita.
Hal kedua yang dapat membantu proses memaafkan diri sendiri adalah
dengan meminta maaf (ampun) kepada Hyang Widhi. Dengan keyakinan bahwa
Tuhan Maha Pengampun, maka permohonan maaf kita kepada Hyang Widhi pasti
dikabulkan. Perasaan dan keyakinan bahwa permohonan maaf kita
dikabulkan akan dapat mempercepat proses memaafkan diri sendiri.
Umat Hindu yang Bebahagia,
Melalui perayaan Hari Siwaratri, marilah kita membebaskan diri dari
dosa atau kesalahan, baik itu kesalahan (dosa) orang lain terhadap kita,
maupun kesalahan (dosa) diri sendiri terhadap orang lain. Caranya
adalah dengan memaafkan. Dengan memaafkan berarti kita membebaskan diri
dari kesalahan. Dengan memaafkan berarti kita melepaskan
kesalahan-kesalahan dari diri kita.
Dengan jagra selama 36 jam kita diajarkan untuk mengidentifikasi
kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi, baik itu kesalahan yang
dilakukan oleh orang lain, maupun kesalahan kita kepada orang lain.
Untuk mengidentifikasinya dapat dilakukan dengan menuliskannya dalam
kertas. Setelah kita tulis, maka kita akui kejadiannya dan selanjutnya
kita maafkan.
Memaafkan sesungguhnya bukan hadiah yang kita berikan kepada orang
yang kita maafkan, tetapi merupakan hadiah yang kita berikan kepada diri
sendiri.
Memaafkan dapat membebaskan diri dari kesalahan (dosa). Mari kita
maafkan orang-orang yang telah berbuat salah kepada kita, sehingga kita
menjadi terbebas dari beban kesalahan itu. Mari kita maafkan diri kita
sendiri atas kesalahan yang sudah kita perbuat kepada orang lain. Dengan
memaafkan diri sendiri, kita dapat terbebas dari rasa bersalah (dosa).
Dengan terbebas dari rasa bersalah, dengan terlepas dari rasa
bersalah, sesungguhnya kita telah mencapai Moksa karena kata moksa
berarti bebas atau lepas.
Selamat menjalankan Brata Siwaratri. Selamat membebaskan diri dari dosa (kesalahan). Selamat mencapai moksa.
Om Shanti Shanti Shanti Om