Sabtu, 29 Maret 2014

DENGAN MELAKSANAKAN DHARMA NEGARA KITA WUJUDKAN HARMONI NUSANTARA


Om Suastiastu,
Pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih anggota legislatif akan berlangsung 9 April 2014 mendatang. Kampanye terbuka sudah berlangsung dan akan berakhir pada 5 April 2014. Di tengah-tengah semaraknya pesta demokrasi, khususnya kampanye terbuka, umat Hindu menyambut pergantian Tahun Baru Saka pada 31 Maret 2014 dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian. Momen yang sangat langka ini sungguh merupakan sesuatu yang sarat makna. Apakah itu?
Dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yaitu tidak bepergian (amati lelungan), tidak bekerja (amati karya), tidak menyalakan api (amati gni), dan tidak bersenang-senang dengan pihak lain atau sesuatu benda (amati lelanguan), terciptalah suasana sepi. Apalagi ditambah dengan mona brata (tidak berkomunikasi dengan pihak lain) dan upawasa (puasa makan dan minum), maka sensasi suasana sepi dan hening makin terasa.
Suasana yang hening dan sepi merupakan wahana yang sangat istimewa untuk melakukan komunikasi dengan diri sendiri (perenungan). Beberapa pertanyaan dapat kita lontarkan, termasuk pertanyaan yang terkait dengan pesta demokrasi. Sudahkah kita melaksanakan kewajiban-kewajiban kita sebagai warga Negara dengan baik (Dharma Negara). Akankah kita mengeksekusi hak kita sebagai warga Negara dengan mendatangi TPS pada 9 April mendatang? Sudahkah kita menentukan pilihan? Apakah kita sudah melaksanakan kampanye yang simpatik? Bagaimana cara-cara kita memikat calon pemilih agar mau memilih diri kita? Apakah sudah sesuai dengan etika dan aturan-aturan yang berlaku? Dan masih banyak pertanyaan beragam yang muncul. Masing-masing orang tentunya mempunyai pertanyaan yang berbeda.
Baik sebagai peserta pemilu, anggota partai, simpatisan, ataupun sebagai calon pemilih, kita punya hak dan kewajiban masing-masing. Dalam melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing kadang kita saling bersinggungan satu sama lain. Ada kalanya kita sendiri yang berbuat kesalahan, sehingga menyinggung perasaan pihak lain. Sebaliknya, dapat pula orang lain yang berbuat kesalahan, sehingga membuat diri kita sakit hati. Bagaimana caranya agar kejadian-kejadian itu tetap membuat kita tetap harmonis dan hidup berdampingan secara damai?
Dalam agama Hindu dikenal ajaran Tat Twam Asi. Konsep ini mengajarkan kepada kita bahwa antara Anda dan saya adalah sama. Dalam bahasa sederhana ajaran ini mengajak kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Hal ini karena sejatinya kita adalah sama, sama-sama ciptaan Tuhan. Jika kita ingin dihormati orang lain, hormatilah orang tersebut terlebih dahulu. Apabila pendapat kita ingin dihargai, maka biasakan untuk menghargai pendapat orang lain terlebih dahulu. Dengan memperlakukan orang lain secara baik, maka orang lain pun akan memperlakukan diri kita secara baik.
Syarat utama agar kita bisa memperlakukan orang lain secara baik adalah dengan memperlakukan diri kita sendiri secara baik terlebih dahulu. Dengan kalimat yang berbeda, apabila kita ingin harmonis dengan orang lain, maka terlebih dahulu kita mesti harmonis dengan diri sendiri. Adalah sulit bisa harmonis dengan orang lain jika kita belum harmonis dengan diri sendiri. Untuk bisa harmonis dengan diri sendiri, maka kita perlu memperbaiki kualitas komunikasi dengan diri sendiri. Semakin baik kualitas komunikasi kita dengan diri sendiri, semakin harmonis hubungan kita dengan diri sendiri.
Dengan menyepi selama 24 jam kita memperoleh kesempatan untuk terus meningkatkan kualitas relasi dengan diri sendiri. Selama kurun waktu ini kita dapat melaksanakan ajaran Catur Paramitha terhadap diri kita, yaitu: (i) menjalin persahabatan dengan diri sendiri (maitri); (ii) meningkatkan rasa cinta pada diri sendiri (karuna); (iii) senang pada diri sendiri (mudita); dan (iv) memberikan penghargaan pada diri sendiri (upeksa). Dengan menerapkan ajaran Catur Paramitha terhadap diri sendiri, relasi dengan diri sendiri menjadi semakin harmonis.
Relasi yang harmonis dengan diri sendiri merupakan modal kuat untuk meningkatkan kualitas relasi dengan pihak lain. Ketika kita sudah menerapkan ajaran Catur Paramitha pada diri sendiri, maka kita dengan mudah dapat menerapkannya kepada orang lain. Ketika orang lain berbuat kesalahan, dengan segera kita bisa memaafkannya. Hal ini karena kita sudah memandang orang tersebut sebagai seorang sahabat (maitri). Dalam pandangan mata seorang sahabat, kita lebih mengutamakan cinta kasih (karuna) daripada kebencian. Kebencian hanya akan memperkeruh suasana. Rasa benci akan menjadi beban dan menggelayuti perjalanan kita ke depan. Memaafkan adalah upaya untuk membebaskan diri dari beban kebencian.
Dalam suasana hati yang senang dan riang gembira (mudita), kita akan lebih mudah membuat orang lain senang. Kita akan berusaha menampilkan hal-hal yang terbaik dari kita buat diberikan kepada orang lain. Sedikit pun tidak terbersit dalam pikiran untuk berbuat sesuatu yang membuat orang lain tidak senang.
Walaupun pihak lain mempunyai pendapat yang berbeda, dengan senang hati kita bisa menerima dan menghargainya (upeksa). Perbedaan pendapat justru membuat wawasan berpikir kita menjadi semakin luas. Adanya perspektif berpikir yang berbeda dari orang lain dapat memacu kreativitas kita untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang lebih berkualitas.
Terkait dengan pelaksanaan pemilu legislatif tahun ini, marilah kita gunakan momen Hari Raya Nyepi ini untuk meningkatkan kualitas relasi dengan diri sendiri, sehingga relasi dengan orang lain semakin harmonis. Mari terapkan ajaran luhur Tat Twam Asi dan Catur Paramitha dalam menyambut pesta demokrasi tahun ini. Walaupun berbeda partai, kita tetap satu (tat twam asi). Meskipun berbeda pilihan, kita tetap saling menghargai (upeksa). Mari terus pupuk dan kembangkan tali persahabatan (maîtri) dan jalinan cinta kasih (karuna) antara sesama anak bangsa, sehingga kita bisa melaksanakan hak dan kewajiban kenegaraan (Dharma Negara) kita dengan sebaik-baiknya demi  terwujudnya harmoni nusantara, yang pada akhirnya akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semakin makmur dan sejahtera.
Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936.

Om Santi Santi Santi Om

Tidak ada komentar: