Jumat, 14 Agustus 2009

Renungan Hari kemerdekaan RI: Sudahkah Kita Merdeka?

Om Suastiastu,

Beberapa hari lagi bangsa Indonesia akan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 17 Agustus 2009. Kata “merdeka” mengandung arti “bebas”. Indonesia merdeka berarti Indonesia bebas dari segala bentuk penjajahan. Sudah enam puluh empat tahun bangsa ini merdeka. Setiap tahun kita sudah dan akan terus memperingati hari bersejarah ini. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Sudahkah kita mencapai kemerdekaan?

Salah satu hak hakiki yang diberikan Tuhan kepada manusia adalah hak untuk bebas (merdeka) menentukan pilihan-pilhan. Pilihan-pilihan ini senantiasa ada di hadapan kita dan kita diberikan kebebasan untuk memilihnya. Karena kita diberikan kebebasan, maka kita harus pandai dan bijak dalam menentukan pilihan. Sekali sudah menentukan pilihan, kita harus bertanggung jawab atas pilihan tersebut.

Seringkali kita mengatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita merupakan faktor yang menyebabkan kita sedih, kecewa, dan marah, ataupun senang, gembira, dan bahagia. Padahal, kalau kita renungkan lebih dalam, bukan peristiwa-peristiwa itu sebagai faktor penyebabnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi sesungguhnya “netral” adanya, tidak ada artinya, kecuali kita sendiri yang memberikan arti. Hal ini mengandung makna yang sangat dalam. Apapun peristiwanya, kita bebas memilih respon terhadap peristiwa tersebut. Apakah mau sedih, kecewa, atau marah? Ataukah kita memilih untuk senang, gembira, dan bahagia? Semuanya tergantung pilihan kita.

Sebagai contoh nyata adalah pada saat anak kecil menjatuhkan gelas ke lantai dan gelasnya pecah. Peristiwa jatuh dan pecahnya gelas sudah terjadi. Begitu orang tuanya tahu peristiwa itu, dengan serta merta orang tuanya memarahi anaknya hingga anaknya menangis. Atas peritiwa tersebut, orang tuanya memilih respon marah dan anaknya memilih respon menangis. Apakah dengan memilih “marah” bisa menjadikan gelas yang sudah pecah menjadi utuh kembali? Tentu jawabannya tidak. Dalam peristiwa ini, sebaiknya orang tuanya memilih respon tenang, tidak marah, dan malahan mendekati anaknya untuk memberi nasihat agar anaknya lebih hati-hati di kemudian hari. Apapun respon yang diberikan, tidak akan bisa mengubah gelas yang pecah menjadi utuh kembali.

Respon marah, di samping bisa membuat anaknya menangis, juga berdampak negatif terhadap diri orang tuanya. Kemarahan akan mengganggu sirkulasi darah. Tensi darah akan naik dan berdampak pada fungsi jantung. Sebaliknya, pilihan respon untuk tetap tenang tidak membuat anaknya menangis dan tidak berdampak negatif terhadap sirkulasi darah dan fungsi jantung.

Masih banyak peristiwa lainnya yang sering terjadi di sekitar kita. Sebenarnya kita diberikan kebebasan untuk memilih respon terhadap peristiwa itu. Sering kita tidak menyadari kebebasan ini, sehingga kita lebih sering memberikan respon yang sejatinya berdampak negatif terhadap diri kita. Respon marah, sedih, kecewa, kesal dan sejenisnya adalah respon yang berdampak tidak baik buat diri kita. Sebaliknya, respon tenang, senang, gembira, bersyukur, bahagia, dan sejenisnya akan membuat diri kita menjadi lebih baik. Karena kita diberi kebebasan untuk memilih respon, maka pilihlah respon yang menjadikan diri kita lebih baik, lebih kuat, lebih semangat, lebih bahagia, dan sejenisnya.

Tujuan Agama Hindu adalah Moksartham Jagadhita. Kata Moksartham terdiri dari kata “moksa” yang artinya bebas atau lepas dan kata “artham” yang artinya benda-benda duniawi (keduniawian). Sedangkan kata “jagadhita” terdiri dari kata “jagad” yang artinya dunia ini dan kata “hita” yang berarti bahagia (kebahagiaan). Oleh karena itu, tujuan Agama Hindu adalah untuk mencapai keadaan yang bebas (moksa) dari ikatan duniawi (artham), demi tercapainya kebahagiaan (hita) di dunia ini (jagad).

Bebas dari ikatan duniawi dapat dimaknai sebagai kebebasan kita memilih respon atas kejadian atau peristiwa yang terjadi. Apapun kejadiannya, kita bebas memilih respon. Kita tidak terikat oleh kejadian-kejadian duniawi ini. Namun demikian, kebebasan yang kita miliki itu sebaiknya kita arahkan untuk mencapai kebahagiaan di dunia ini (jagadhita).

Untuk mencapai kebahagiaan di dunia ini, bukanlah sesuatu yang sulit. Selama ini kita sulit menemukan kebahagiaan disebabkan kita terlalu tinggi memberikan persyaratan untuk bahagia. Seringkali kita menempatkan kebahagiaan itu jauh dan sulit untuk dicapai. Kita akan bahagia kalau kita mempunyai rumah bagus, kita baru bisa bahagia kalau kita mempunyai arta benda yang banyak, dan seterusnya. Padahal, kebahagiaan itu melekat dalam diri kita dan dengan mudahnya kita bisa mencapainya. Caranya? Jangan memberikan syarat apapun untuk bahagia. Dengan kata lain, bahagialah tanpa syarat!

Dalam kaitannya dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang sebentar lagi akan kita peringati, marilah kita renungkan kembali kebebasan (kemerdekaan) yang kita miliki. Mari kita manfaatkan kemerdekaan (kebebasan) ini untuk memilih respon terhadap kejadian apapun yang membuat kita selalu bahagia. Dengan demikian, tujuan agama Hindu, yakni Moksartham Jagadhita, bisa kita capai. Kita mencapai kebebasan memilih respon atas peristiwa apapun yang terjadi, sehingga membuat diri kita tetap bahagia. Bahagia dalam kehidupan kita saat ini.

Merdeka!!!

Om Shanti Shanti Shanti Om