Jumat, 30 Desember 2011

HUKUM KARMA PHALA: SEBUAH REFLEKSI AKHIR TAHUN

Om Suastiastu,

Walau siang itu sang mentari sedang semangat-semangatnya memancarkan sinarnya yang panas, tetapi hal itu tidak menyurutkan langkah Budi untuk menjalani runitas kesehariannya. Malahan dia tambah semangat untuk menjajakan barang dagangannya di sebuah perempatan jalan di bilangan Jakarta Selatan. Kurang lebih sudah dua puluh tahun dia melakoni hidup sebagai pedagang asongan di Jakarta.

Seorang lelaki membuka pelan-pelan kaca mobilnya seraya melambaikan tangan memanggil Budi. Budi segera menghampiri mobil mewah itu. Lelaki itu minta sebuah majalah terkenal yang senantiasa mengupas masalah ekonomi dan bisnis. Sambil menyodorkan majalah yang diminta, Budi menatap wajah lelaki yang ternyata tidak asing bagi dirinya. Belum sempat Budi membuka bibir, lelaki itu sudah menyapa duluan. “Maaf, Kamu Budi ya? Main ke rumah ya. Ini uang pembelian majalah dan sekalian kartu namaku.”

Mobil Mercy keluaran terbaru itu buru-buru melaju karena sudah diklakson beberapa kali oleh mobil di belakangnya. Lampu pengatur lalu lintas sudah berwarna hijau. Budi pun bergegas ke pinggir jalan. Dengan antusias dibacanya kartu nama yang diberikan lelaki itu. Tertulis nama “I Wayan Dharma Kesuma” dan dibawahnya “Direktur Keuangan”. Dalam kartu itu juga tercantum nama perusahaan, alamat kantor, dan nomor telepon.

Budi tertegun sejenak. Pikirannya melayang ke lebih dari dua puluh tahun silam. Saat itu dia masih SMA dan sekelas dengan Dharma selama dua tahun. Dia pun pernah duduk sebangku sewaktu kelas 3. Dia ingat betul bahwa ranking Dharma masih di bawahnya. Budi termasuk siswa pintar di sekolah. Rankingnya dari kelas 1 hingga kelas 3 selalu dalam kisaran 5 besar, sedangkan Dharma tidak pernah mencapai 5 besar.

Dharma itu orangnya santai dalam belajar, tetapi bergaulnya pintar. Dharma gampang bergaul, sehingga di kalangan teman-teman SMA-nya, Dharma lebih populer daripada Budi. Budi tidak habis pikir. Orang yang prestasi akademiknya sewaktu sama-sama di SMA lebih rendah, tetapi sekarang sudah mengendarai mobil mewah keluaran terbaru dan mempunyai jabatan tinggi di kantornya. Sementara dirinya masih menjalani profesi sebagai pedagang asongan, menjajakan koran dan majalah di perempatan jalan. Betapa kontras kehidupan mereka. Bagaikan bumi dan langit.

Umat Hindu yang berbahagia, Setelah menyimak cerita singkat di atas, komentar yang muncul mungkin akan beragam. Ada yang berpendapat bahwa kehidupan Budi seperti itu sudah merupakan kehendak Hyang Widhi. Ada juga yang berpendapat bahwa kehidupan Budi seperti itu adalah karena perilaku leluhurnya di masa lampau yang kurang baik, sehingga saat ini Budilah yang menanggung akibatnya. Bahkan, mungkin ada juga yang mempertanyakan bahwa Hyang Widhi pilih kasih dalam memberikan waranugeraha kepada Dharma dan Budi. Apakah benar Hyang Widhi lebih sayang kepada Dharma daripada kepada Budi?

Umat Hindu yang berbahagia,
Hyang Widhi menciptakan dunia beserta isinya lengkap dengan hukum-hukum alamnya. Hukum alam (Rta) ini bersifat universal dan netral. Universal artinya berlaku umum dan netral bermakna tidak memihak. Jadi, hukum alam ini berlaku untuk siapa saja, untuk seluruh alam beserta isinya, serta tidak memihak. Dengan hukum alam inilah Hyang Widhi mengatur dunia beserta isinya.

Hukum Karma Phala merupakan salah satu hukum alam (Rta). Kata “karma” berarti perbuatan dan kata “phala” berarti akibat. Jadi Hukum Karma Phala merupakan Hukum Sebab Akibat. Tidak ada satu perbuatan (sebab) yang tidak ada hasilnya (akibat). Sebaliknya, tidak ada akibat tanpa adanya suatu sebab.

Karena merupakan hukum sebab akibat, maka Hukum Karma Phala berkorelasi erat dengan rentang waktu, yakni masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Hal-hal yang sudah terjadi merupakan masa lalu. Hal-hal yang belum (akan) terjadi adalah masa depan (masa yang akan datang). Satu bulan yang lalu adalah masa lalu, satu jam yang lalu juga adalah masa lalu, bahkan satu detik yang lalu juga adalah masa lalu. Demikian juga dengan masa yang akan datang. Satu menit, satu jam, satu bulan, dan juga satu tahun yang akan datang merupakan masa depan. Perbuatan-perbuatan (sebab) di masa lalu akan memberikan dampak (hasil/akibat) pada waktu sekarang.

Menjadi apa kita sekarang dan di mana kita sekarang adalah hasil/akibat dari pilihan-pilihan kita di masa lalu, keputusan-keputusan kita di masa lalu, dan tindakan-tindakan kita di masa lalu. Saat ini (waktu membuat tulisan ini) saya berada di kantor adalah akibat dari pilihan-pilihan saya tadi pagi di rumah. Saya bisa memilih pergi ke kantor, pergi ke kampus, pergi ke rumah famili, ataukah berdiam diri di rumah. Keputusan saya tadi pagi adalah pergi ke kantor dan tindakan saya adalah berangkat ke kantor. Sebagai akibatnya, saat ini saya berada di kantor.

Kalau dikaitkan dengan cerita singkat di atas, kenapa Budi saat ini berada di Jakarta dan menjadi pedagang asongan adalah akibat dari adanya pilihan-pilihan beberapa tahun sebelumnya. Dua puluh tahun lalu (menurut cerita di atas) Budi mempunyai pilihan-pilihan, yakni tetap tinggal di Bali ataukah berangkat mengadu nasib ke Jakarta. Akhirnya Budi memilih ke Jakarta dan berangkatlah Budi ke Jakarta waktu itu. Dari berbagai macam pilihan pekerjaan yang ada, budi memilih untuk berjualan majalah dan koran di perempatan jalan. Akibatnya, saat ini Budi masih menjalani profesi tersebut.

Lain halnya dengan Dharma. Setamat SMA dia memutuskan melanjutkan kuliah ke Jogjakarta. Jika sewaktu SMA dia jarang belajar, maka sewaktu kuliah dia termasuk mahasiswa yang rajin belajar, tetapi tetap tidak melupakan pergaulan. Semangat hidupnya tinggi. Kawan-kawannya banyak. Dalam waktu kurang dari empat tahun dia berhasil menyelesaikan pendidikan S1 di universitas negeri terkenal di kota itu. Indeks Prestasi Kumulatif-nya pun nyaris mencapai angka 4.

Dari berbagai pilihan yang ada setamat kuliah, Dharma memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan bergabung dengan perusahaan konstruksi ternama di Jakarta. Dharma orangnya jujur, berntegritas tinggi, kerjanya rajin, berperilaku menyenangkan, bersemangat, cepat dalam mengambil keputusan, serta berwawasan luas. Bermodalkan semua itu karier Dharma di perusahaan itu menanjak pesat hingga akhirnya setahun yang lalu dia terpilih menjadi Direktur Keuangan.

Pencapaian Dharma menduduki posisi Direktur Keuangan dengan gaji tinggi dan fasilitas menggiurkan merupakan contoh implementasi dari Hukum Karmaphala. Inilah yang disebut dengan Sancita Karmaphala. Hasil yang dinikmati sekarang merupakan akibat dari perbuatan di masa lalu. Jabatan Direktur Keuangan yang diraih Dharma merupakan akibat/hasil dari pilihan-pilihan, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan Dharma di masa lalu. Kalau saja dia memutuskan kembali ke Bali ketika tamat kuliah, maka posisi Direktur Keuangan perusahaan konstruksi ternama di Jakarta tidak akan diraihnya.

Umat Hindu yang berbahagia,
Kalau kita sudah mengakui dan meyakini bahwa menjadi apa kita sekarang dan di mana kita sekarang, merupakan hasil/akibat dari pilihan-pilihan, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan kita di masa lalu (Sancita Karmaphala), maka menjadi apa kita di masa yang akan datang, di mana kita di masa yang akan datang, adalah ditentukan oleh pilihan-pilihan kita saat ini, keputusan-keputusan kita saat ini, dan tindakan-tindakan kita mulai saat ini. Inilah yang disebut dengan Kryamana Karmaphala. Kondisi kehidupan yang akan dijalani di masa depan merupakan hasil dari pilihan, keputusan, dan tindakan kita saat ini.

Sementara itu, Prarabda Karmaphala merupakan hukum sebab akibat yang penyebabnya di masa sekarang dan berakibat langsung di masa sekarang juga. Contoh sederhananya adalah saat kita mencubit lengan (sebab), maka rasa sakitnya (akibat) dapat dirasakan secara langsung pada saat itu juga.

Umat Hindu yang berbahagia,
Sebagai refleksi akhir tahun 2011 mari kita merenung sejenak. Apakah selama ini kita sudah memahami, mengakui, dan meyakini keberadaan dan bekerjanya Hukum Karmaphala yang merupakan salah satu hukum alam (Rta) dari Hyang Widhi? Masihkah kita menyalahkan orang lain, keluarga, ataupun lingkungan atas kondisi kita saat ini? Atau malah berlindung di balik dalih bahwa semua ini sudah ditentukan oleh Hyang Widhi? Padahal Hyang Widhi sama sekali tidak memihak. Hyang Widhi mengatur alam semesta beserta isinya dengan hukum alam dan salah satunya adalah Hukum Karmaphala.

Mari kita rancang sendiri kehidupan masa depan kita. Kita adalah arsitek dari kehidupan kita, bukan orang lain. Kita diberikan kebebasan 100% untuk memilih, memutuskan, dan bertindak. Menjadi apa, di mana , dan seperti apa diri kita di tahun 2012 adalah hasil dari pilihan, keputusan, dan tindakan kita saat ini.

Pada penghujung tahun 2011 ini marilah kita akui dan sadari bahwa keberadaan kita saat ini adalah hasil dari pilihan, keputusan, dan tindakan kita di masa lalu (Sancita Karmaphala). Karena semua ditentukan oleh kita sendiri, maka semuanya kita terima dengan ikhlas dan jadikan bahan renungan, bahan evaluasi diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, lebih hebat, lebih sukses, dan lebih bahagia di tahun 2012.

Selamat menyongsong kehidupan baru di tahun 2012.
Om Shanti Shanti Shanti Om

2 komentar:

Mbahwage mengatakan...

Blog yang bagus Bli. Tulisannya mantap dan menyegarkan.

Saya juga banyak menulis topik tentang Hindu namun dengan format penulisan yang berbeda.

Salam

sobat budiasa mengatakan...

Om Swastiastu; Rahajeng nyanggra Rahina Kemenangan Dharma, Hari Raya Galungan 1 Februari 2012 dan Hari Raya Kuningan 11 Februari 2012

Salam Rahayu
Help You See Beyond Reality