Rabu, 12 Mei 2010

MELALUI PERAYAAN GALUNGAN MENUJU KEBAHAGIAAN BERLIMPAH

Om Suastiastu,
Setiap dua ratus sepuluh (210) hari sekali umat Hindu Indonesia yang berada di seluruh dunia merayakan Hari Raya Galungan. Hari Raya ini selalu jatuh pada setiap hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan. Oleh karena itu, dalam satu tahun takwim (kalender) bisa terjadi dua kali Hari Raya Galungan. Untuk tahun 2010 ini umat Hindu merayakannya pada tanggal 12 Mei 2010 dan 8 Desember 2010. Perayaan ini merupakan bentuk rasa angayubagia (syukur) umat Hindu kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kemenangan Dharma yang diraihnya selama ini.

Kemenangan Dharma atas Adharma dapat dimaknai sebagai kemenangan kita mengatasi setiap rintangan dalam bentuk apapun. Kemenangan dalam mengatasi rintangan merupakan sebuah keberhasilan. Oleh karena itu, kemenangan juga berarti kesuksesan. Kesuksesan bermakna pencapaian-pencapaian yang telah berhasil didapat atau diraih. Seseorang dikatakan sukses apabila dia berhasil mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Misalnya seorang mahasiswa yang ingin menamatkan kuliah sarjananya dalam waktu empat tahun. Apabila mahasiswa tersebut benar-benar bisa tamat dalam waktu empat tahun, maka dia dapat dikatakan sudah sukses, yakni telah sukses menamatkan kuliah dalam waktu empat tahun.

Demikian juga dengan seorang karyawan yang ingin tiba di kantor sebelum pukul 07.30 pagi. Karena jalan raya di Jakarta pada pagi hari penuh dengan kendaraan yang melintas, maka kemacetan di pagi hari tidak bisa dihindarkan. Agar bisa sampai di kantor sebelum pukul 07.30, maka orang tersebut harus berangkat dengan mengendarai mobil pagi-pagi dari rumahnya. Jika tiba di kantor sebelum pukul 07.30 pagi, maka dia sudah berhasil mencapai apa yang menjadi keinginannya. Dia sudah sukses sampai di kantor sebelum pukul 07.30 pagi.

Contoh paling sederhana dapat ditunjukkan ketika seorang anak TK diajarkan cara melipat kertas. Anak tersebut kemudian diminta untuk melipat selembar kertas. Begitu si anak TK tersebut berhasil melipat kertas, maka dia sudah bisa disebut sukses melipat kertas.

Sebenarnya sangat banyak kesuksesan yang telah kita raih dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kita sering kali tidak menyadarinya, apalagi merayakannya. Hal ini terjadi karena kita sering terlalu tinggi memberikan standar kesuksesan. Kesuksesan seseorang sering dikaitkan dengan kepemilikan harta yang banyak ataupun jabatan yang tinggi. Pandangan seperti ini menyebabkan kita tidak menyadari bahwa sejatinya kita sudah sukses. Setiap pencapaian, sekecil apapun, adalah kesuksesan. Akumulasi dari kesuksesan-kesuksesan kecil akan membentuk kesuksesan yang lebih besar.

Melalui perayaan Hari Raya Galungan, kita sesungguhnya dilatih untuk mengakui bahwa kita sejatinya sudah sukses. Kita dilatih untuk senantiasa bersyukur atas kesuksesan-kesuksesan yang sudah diraih. Pengakuan kesuksesan dengan cara bersyukur ini diyakini akan mengundang lebih banyak lagi bentuk kesuksesan yang lain. Hal ini sesuai dengan salah satu hukum alam (Rta) yang berlaku universal dan netral, yakni Law of Attraction (Hukum Daya Tarik).

Menurut Hukum Daya Tarik (Law of Attraction), apa yang kita pikirkan secara fokus akan mampu menarik hal-hal serupa dari alam semesta. Kalau kita memikirkan kesuksesan, maka kita akan menarik kesuksesan-kesuksesan berikutnya. Terlebih-lebih kita bisa mensyukurinya. Rasa syukur akan kesuksesan yang telah kita raih merupakan bentuk ekspresi bahwa kita sudah sukses. Dengan kata lain, mensyukuri kesuksesan berarti kita memproklamasikan kepada alam semesta dan alam bawah sadar bahwa kita sudah sukses. Hal ini akan menarik hal-hal yang ada dalam alam semesta untuk mendukung kita mendapatkan kesuksesan-kesuksesan yang lain yang mungkin lebih besar dari kesuksesan yang telah diraih sebelumnya.

Selama bertahun-tahun kita sudah merayakan Hari Raya Galungan dan selama itu pula kita memaknainya sebagai hari kemenangan Dharma atas Adharma. Terkadang kita tidak dapat mendefinisikan secara jelas, kemenangan yang mana yang kita rayakan. Untuk itu, marilah kita maknai Hari Raya Galungan sebagai hari kemenangan yang berarti pula sebagai hari merayakan kesuksesan-kesuksesan yang telah berhasil diraih. Dengan merayakan dan angayubagia (bersyukur) atas kesuksesan-kesuksesan yang telah diraih, hal ini akan menarik lebih banyak lagi kesuksesan-kesuksesan yang lain, bahkan kesuksesan-kesuksesan yang lebih besar.
Hubungan Sukses dengan Bahagia

Setelah mendapatkan sesuatu yang kita inginkan (sukses), maka sebaiknya kita menyukai sesuatu yang telah kita dapatkan tersebut. Jika kita bisa menyukai sesuatu yang kita dapatkan, maka kita menjadi bahagia. Begitu sederhananya rumus kebahagiaan itu. Padahal, selama ini sering kita meletakkan kebahagiaan tersebut jauh di luar diri kita. Bahkan, kita sering terlalu tinggi memberikan persyaratan untuk bisa mencapai bahagia.

Seorang pemuda mendeklarasikan bahwa dirinya baru akan bahagia apabila dia berhasil mempersunting gadis pujaan hatinya. Hal ini berarti pemuda tersebut meletakkan kebahagiaannya jauh di luar dirinya. Dia tidak akan bahagia jika dia tidak kawin dengan gadis tersebut. Demikian juga dengan seseorang yang mengatakan akan sangat bahagia jika mempunyai rumah bagus lengkap dengan segala bentuk perabotannya. Orang ini telah menggantungkan kebahagiaannya pada benda-benda duniawi.

Bahagia merupakan salah satu bentuk respon kita terhadap segala sesuatu yang terjadi. Bentuk-bentuk respon yang lain adalah gembira, senang, kasih, marah, sedih, benci, dendam, kesal, sakit hati, dan sebagainya. Manusia diberikan kebebasan seratus persen untuk memilih bentuk respon yang akan diberikan atas sesuatu kejadian (stimulus). Sebagai contoh adalah orang yang kehilangan sepeda motor yang baru dibeli seminggu sebelumnya. Orang tersebut diberikan kebebasan untuk memilih apakah dengan hilangnya sepeda motor, dia akan memilih untuk bersedih hati atau tetap senang dan bahagia. Jika dia memilih untuk sedih dan bahkan dendam kepada si pencuri, apakah sepeda motornya akan bisa kembali? Demikian juga jika dia memilih untuk tetap bahagia, apakah sepeda motornya akan ditemukan kembali? Kedua pilihan respon tersebut dampaknya sama, yaitu sama-sama tidak bisa mengembalikan sepeda motor yang hilang. Oleh karena itu, sebaiknya orang tersebut memilih tetap bahagia walaupun sepeda motornya hilang.

Berhubung rumus untuk bahagia sangat sederhana, yakni menyukai sesuatu yang kita dapatkan, maka dengan merayakan kesuksesan (mendapatkan sesuatu yang kita inginkan), secara otomatis kita menjadi bahagia. Sekecil apapun kesuksesan yang telah kita raih, asalkan kita menyukai, apalagi merayakannya, maka kita serta merta akan meraih kebahagiaan. Semakin banyak kita merayakan kesuksesan, semakin bertambah kebahagiaan yang kita dapatkan. Semakin banyak kesuksesan yang kita syukuri, kebahagiaan kita akan semakin berlimpah.

Melalui Hari Raya Galungan marilah kita senantiasa angayubagia (bersyukur) kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kesuksesan-kesuksesan yang telah kita raih. Dengan angayubagia, tidak hanya akan bergelimang kesuksesan, tetapi kita juga akan berkelimpahan bahagia. Jika kita sudah berkelimpahan bahagia, maka kita pun bisa membahagiakan orang-orang di sekitar kita.
Akhirnya, Selamat Hari Raya Galungan. Selamat Merayakan Kesuksesan. Selamat meraih kebahagiaan sejati dan selamat berkelimpahan bahagia.

Om Shanti Shanti Shanti Om.