Kamis, 25 Februari 2010

KEPADA SIAPA KITA BERGURU?

Om Suastiastu,

Sebentar lagi kita akan merayakan Hari Saraswati yang merupakan perwujudan rasa angayubagia (syukur) atas ilmu pengetahuan yang sudah kita peroleh selama ini. Sebenarnya dari manakah ilmu pengetahuan itu kita dapatkan? Apakah ilmu pengetahuan itu datang dari langit? Ataukah kita dapatkan begitu saja tanpa perlu bantuan orang lain? Kalau memang diperlukan bantuan orang lain, siapakah gerangan orang lain itu?

Pada saat keluar pertama kali dari kandungan ibunya, seorang bayi tidak tahu apa-apa, kecuali suara tangisan yang keluar dari mulut mungilnya. Dengan penuh kasih sang ibu akan mengajarkan nilai-nilai kehidupan pada anaknya. Demikian juga dengan sang ayah. Kedua orang tua (ayah dan ibu) akan mengajarkan segala sesuatunya kepada anak kesayangannya. Mulai dari bagaimana tengkurep, duduk, berdiri, berjalan, dan seterusnya.

Orang yang dijadikan panutan oleh seorang anak adalah kedua orang tuanya. Kedua orang inilah yang tindak tanduknya dijadikan pedoman yang patut digugu dan ditiru. Oleh karena itu, peranan orang tua dalam pendidikan anak sangatlah besar. Merekalah yang menjadi guru untuk pertama kalinya bagi sang anak. Kepribadian anak sangat tergantung dari cara kedua orang tuanya memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran Hindu kedua orang tua ini dinamakan Guru Rupaka.

Setelah memasuki usia sekolah, seorang anak akan menghabiskan sebagian hari-harinya di sekolah. Dari pagi hari hingga siang hari, bahkan juga ada yang sampai sore hari, seorang anak akan mendengarkan petuah-petuah dari para guru. Mulai dari bagaimana cara membaca, cara mengitung, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan lainnya.

Guru di sekolah merupakan orang yang dijadikan panutan bagi murid. Setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar tentang sesuatu ilmu pengetahuan, seorang murid diperkenankan untuk bertanya kepada guru. Gurulah merupakan sumber dan tempat untuk menggali segala macam pengetahuan. Untuk mengukur penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru, diadakanlah serangkaian ujian. Jika berhasil lulus dari ujian, seorang murid akan naik kelas.

Guru di sekolah memegang peranan sangat penting dalam menentukan kemajuan pendidikan suatu bangsa. Di tangan guru-gurulah segala potensi diri yang telah dimiliki murid akan terus digali dan dikembangkan. Jasa para pahlawan yang tidak pernah diberikan tanda jasa ini sangatlah besar dalam memoles kecerdasan seorang murid. Pahlawan tanpa tanda jasa ini dalam ajaran Hindu disebut Guru Pengajian.

Guru Pengajian ini tersebar mulai dari guru-guru di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menegah Atas, hingga Perguruan Tinggi. Guru di Universitas maupun Sekolah Tinggi yang lebih dikenal dengan sebutan dosen juga termasuk dalam cakupan Guru pengajian.

Setelah menamatkan pendidikan formalnya di sekolah maupun perguruan tinggi, seseorang akan memasuki dunia kerja. Ada yang bekerja pada orang lain dengan menjadi seorang karyawan, ada juga yang membuka usaha sendiri dengan mempekerjakan orang lain. Dalam menjalankan tugas sehari-harinya sebagai karyawan, seseorang membutuhkan sebuah kompetensi yang tentunya perlu ditingkatkan secara berkesinambungan. Untuk bisa meningkatkan kompetensi ini, seseorang perlu mengikuti pelatihan-pelatihan.

Misalnya seorang pegawai yang menangani masalah pajak perusahaan. Untuk terus meningkatkan pengetahuan di bidang perpajakan, orang tersebut perlu mengikuti pelatihan-pelatihan di bidang perpajakan. Dalam pelatihan perpajakan akan ada seorang yang ahli di bidang pajak yang bertindak sebagai narasumber. Para peserta pelatihan akan mendapatkan pengetahuan perpajakan dari instruktur atau narasumber yang memang menguasai dan ahli masalah perpajakan. Demikian juga jika seseorang yang ingin meningkatkan kompetensinya di bidang teknologi informasi. Orang tersebut akan menimba ilmu dari orang yang ahli di bidang teknologi informasi.

Seseorang disebut ahli apabila dia mempunyai pemahaman yang memadai di bidang tertentu dan sanggup mentransfer ilmunya itu kepada orang lain. Orang yang disebut ahli ini merupakan tempat bertanya bagi orang lain yang ingin memperdalam pengetahuannya. Oleh karena itu, pilihan yang paling tepat kalau kita ingin menimba ilmu pengetahuan adalah datang pada ahlinya. Kita mesti berguru kepada orang yang memang ahli di bidangnya. Orang yang ahli (expert) di bidang tertentu inilah sebenarnya yang disebut dengan Guru Wisesa.

Kata wisesa sama maknanya dengan pradnyan yang berarti pintar atau ahli. Orang yang pradnyan atau wisesa atau ahli merupakan orang yang paling tepat untuk menimba, belajar, atau memperoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian (kewisesaan) orang tersebut. Orang yang wisesa adalah guru yang patut digugu dan ditiru untuk bidang yang menjadi keahliannya.

Setelah kita berguru kepada orang tua di rumah (Guru Rupaka), guru-guru atau dosen di sekolah atau perguruan tinggi (Guru Pengajian), dan orang-orang yang ahli di bidangnya (Guru Wisesa), maka kita juga sebenarnya bisa belajar pada diri sendiri. Sang Diri yang bersemayam pada hati dan jiwa dapat menuntun dan membimbing kita ke arah kebajikan. Sebagai penuntun dan pembimbing ke arah kebaikan, diri kita sendiri sejatinya adalah juga seorang guru. Inilah yang disebut dengan Guru Swadhyaya.

Kata swadhyaya berasal dari kata “swa” yang artinya sendiri dan “adhyaya” yang berarti belajar, sehingga kata swadhyaya mengandung makna belajar pada diri sendiri. Oleh karena itu, dalam diri kita sesungguhnya terdapat guru yang agung yang mampu menuntun dan membimbing kita menuju kesuksesan dalam hidup.
Bagaimana caranya kita agar mendapatkan bimbingan dari guru sejati yang ada dalam diri? Adakah cara jitu untuk bisa dengan mudah mendapatkan tuntunan hidup dari Sang Diri? Siapakah sebenarnya Guru Swadhyaya ini?

Serangkaian pertanyaan tersebut di atas akan bisa terjawab apabila kita sering melakukan perenungan dan perjalanan diri ke dalam. Sering-seringlah berkunjung ke dalam diri sambil membersihkan hati kita dari pikiran-pikiran kotor (emosi negatif). Hati yang bersih akan memudahkan munculnya Sang Guru Sejati.

Melalui perayaan Hari Saraswati kali ini marilah kita merenung sejenak, membersihkan jiwa kita, agar kita bisa menemukan Guru Swadhyaya yang mampu menuntun dan membimbing kita dalam mengarungi samudera kehidupan untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di dunia ini.

Selamat Hari Raya Saraswati.

Om Shanti Shanti Shanti